Rabu, 11 Juni 2008

Muchtarul Adilah


Belajar ilmu dasar agama Islam memerlukan Muchtarul Adilah, mengapa ?

Ya, itulah salah satu bahan rujukan pembelajaran dasar agama Islam di Majlis Ta’lim Bina Istiqomah. Dapat diikuti oleh semua kalangan bahkan bagi yang masih awam sekalipun.
Tidak menutup kemungkinan bagi yang non muslim pun sekedar membaca-baca juga boleh saja. Terbukti ketika di Bandung, seorang (non muslim) bisa mengikuti pelajaran dari kita, mulai dari mengenal, mengeja huru Arab, aa-ba-ta secara perlahan, sampai akhirnya insyaf dan memakai jilbab.

Pada masa sebelum wafatnya Rosululloh Muhammad SAW, wahyu ayat-ayat Al-Qur’an hanya beredar dari mulut ke mulut di kalangan para sohabat. Kemudian mereka menghafalkan dalam hati, demikian pula cerita tentang kelakuan/amalan Nabi Muhammad SAW.
Banyak di antara para sohabat yang betul-betul hafal ayat Al-Qur’an. Salah satu factor yang membuat para sohabat hafal karena makna, pengertiannya langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai penyejuk dan penerang jalan kehidupan.

Dahulu istilahnya “al-ilmu fii sudur” ilmu ada di dalam hati. Sohabat Abu Ghuroiroh bisa mampu menghafal lima ribu lebih al-hadis, luar biasa !!. Ya , itu lebih kurang 1400 tahun yang lalu.
Namun sekarang kita memasuki era globalisasi, dimana pikiran manusia dijejali dengan berbagai masalah duniawi. Beranjak dari bangun tidur bingga malam berangkat ke peraduan, suasana hiruk pikuk, hangar-bingar, berbagai masalah kehidupan keseharian dunia ini begitu banyak menyerap energi dan pikiran manusia.

Dalam kondisi seperti ini, masihkah tersisa space memori otak kita untuk menampung sekian banyak pengertian-pengertian pelajaran yang kita dapatkan ?. Untuk mengingat-ingat agar meresap ke dalam hati untuk jangka  waktu yang lama, bahkan menghafal lafal ayat al-Qur’an serta al-Hadits yang baru saja kita pelajari, otak perlu bekerja lebih keras sebelum memasukkan hasil memorinya ke dalam hati sanubari

Terlebih lagi suatu saat kelak kita ingin menyampaikan kembali ilmu agama yang kita peroleh dari mengikuti kajian kepada istri, suami, anak-anak, orang tua, mertua sahabat, handai taulan, tetangga sebagai amanah yang harus tetap kita jaga kemurnian pengertian dan amalannya. 

Tentunya kita ingin pahala dari amal jariah kita bukan?! 

Ya , inilah ilmu agama, salah satu bagian dari tiga macam amal jariah, yang sangat kita harapkan nilai pahalanya nanti di alam barzah. Di saat kita sendirian menanti keputusan hukuman mahkamah ilahi di padang mahsyar, alangkah bahagianya manakala kita mendapatkan pahala yang terus mengalir. Menambah kredit point, bobot timbangan amal baik kita.

Apabila kita sudah paham pengertian suatu ilmu dan amalannya, disamping mengamalkan untuk pribadi juga  menyampaikan ilmu itu kepada orang lain. Jika orang itu juga mau mengamalkan ilmu yang kita berikan, maka pahala akan terus mengalir kepada kita sekalipun kita sudah meninggal dunia kelak.

Namun mampukah kita menyampaikan kembali apa yang kita terima dengan baik dalam waktu yang cukup lama jika tidak mempunyai pegangan catatan ?


Rasanya sulit. Apalagi ilmu agama, tentunya kita takut untuk menyampaikan secara gegabah, diakal-akal, dikira-kira.

Bagaimana solusinya??


Ya, kita memerlukan catatan penunjang untuk mengikuti kajian ini.
Kini sudah tersedia satu paket himpunan hadits “Muchtarul Adilah” .
Dengan memegang dan memiliki himpunan hadits, maka akan mempermudah kita dalam belajar.

Setelah kita menyalin makna dan keterangan dari tayangan online di internet atau media sosial, maka pada waktu lain kita bisa membuka kembali pelajarannya, dideres, diulang kaji kembali sepuasnya sampai kita betul-betul faham. 
InsyaAlloh jika niat sungguh-sungguh bisa menghafal lafadznya. Kitab hadis nantinya juga bisa diwariskan, sebagai peninggalan dan tetap bisa diambil manfaatnya, menjadi ilmu yang manfaat, amal jariah asal tidak rusak/hilang.

Kelebihan memiliki modul ini tentunya berbeda dengan modul pada umumnya yang berbentuk e-book ,yang hanya didapat dengan cara down load. Karena berada dalam system komputer tentunya banyak factor kendalanya, seperti mati listrik, hanya bisa dibaca secara online, data hilang, error dsb.
Sedangkan Muchtarul Adilah bisa dipesan, datang secara fisik, kita pegang, kita buka, ditulisi, dibuka kembali secara offline, dsb.
Dengan begitu pada masa sekarang ilmu lebih banyak kita simpan dalam tulisan, sehingga bukan lagi al-ilmu fii sudur sebagaimana pada masa Rosululloh SAW, tetapi “al-ilmu fii sutur” ilmu di dalam tulisan.
Yang penting kita umat Islam bangga dengan kitabnya, jangan kalah sama orang Nasrani yang pergi ke gereja dengan bangga dan percaya diri menenteng Al-Kitab nya. Kita bangga bukan saja memiliki mushaf al-Qur’an dan al-Hadits tetapi juga memiliki keterangannya, selalu kita ingat-ingat inti pengertiannya, sehingga mudah untuk menghayati dan mengamalkan kedalam kehidupan nyata.
Mencari ilmu dengan mencatat secara tertib apa yang diperoleh kemudian menyimpannya akan mempunyai kelebihan yang jauh lebih baik dibanding dengan yang hanya mengikuti secara sekilas tanpa mencatat.
Orang yang memperhatikan dan mencatat secara sungguh-sungguh diumpamakan orang yang mencari sumber air, sambil membawa wadah/tempat. Setelah diri sendiri minum sepuasnya, juga bisa mengambil air tadi untuk dibawa pulang. Sewaktu waktu haus bisa minum kembali sepuasnya. Bukan itu saja, kita bisa memberikan kepada orang lain yang memerlukan.

Sedangkan belajar tidak memiliki catatan, gambarannya sebagaimana orang berangkat mencari sumber air tanpa membawa wadah, susah payah menemukan sumber air namun hanya berguna untuk diri sendiri, bisa minum sepuasnya tetapi karena tidak membawa wadah, maka ketika suatu saat kehausan, terpaksa harus bersusah payah lagi mencari sumber air yang kemarin sudah didapatkan.

Pekerjaan menjadi tidak efektif dan efisien. Itu sebagai ilustrasi / gambarannya.
Apalagi ada orang lain menanyakan, mana hasilnya belajar kemarin, mungkin bisa saja lupa, lupa sebagian keterangan dll, yang tentunya banyak kesulitan seandainya ingin menyampaikan kepada orang lain yang memerlukan.

Dalam arti sesungguhnya tentu berbeda, air diminum makin lama makin berkurang dan akhirnya habis, apalagi dibagi-bagi, tetapi kita mendapat ilmu, benda abstrak, tetapi dapat dirasakan, dinikmati.


Ilmu, sesuatu yang unik, sampai-sampai orang Jawa meng-istilah-kan:


Digowo ora mendosol/ Dibawa tidak menonjol. Tidak ada indikasi bahwa orang itu mempunyai ilmu, missal. makin banyak ilmu makin hitam mukanya, atau makin putih.
Tidak ada orang jalannya menjadi lambat dan terengah-engah karena keberatan membawa ilmu yang banyak.
Di edum ora kalong/ dibagi-bagi, diberikan tidak berkurang.
Berbeda dengan benda / materi fisik yang makin diambil/diberikan kepada orang pasti makin lama makin habis. Ilmu yang kita miliki, ketika ada orang yang memintanya dengan cara kita memberikan pengertiannya, ilmu kita tidak berkurang, tapi justru makin sering kita memberikan akan makin bertambah banyak lagi ilmu yang kita miliki.
Kitab Muchtarul Adilah asli dicetak di Indonesia yang merupakan kutipan dari Kitab Suci Al-Qur’anul Karim dan berbagai kitab Hadis Sohih antara lain Sohih Bukhori, Sohih Muslim, Sunan Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud yang terkenal dengan “Kutubusitah” yaitu enam kitab hadis sohih yang sudah tidak diragukan lagi otentisitasnya serta kesohihannya, diakui oleh ulama Islam se dunia. Selain dari kutubusitah, Muchtarul Adilah juga dilengkapi dengan hadis-hadis lain seperti Musnad Ahmad, Tafsir Ibnu Katsir, Sunan Darimi, Tobroni, Al-Baihaqi, Ad-Dailami, Abu Ya’la dll.
Muchtarul Adilah terdiri dari 16 (enam belas) tema (pokok bahasan), tiap satu kitab memuat satu pokok bahasan, yang dikemas menjadi 3 jilid.
Pokok bahasan untuk tahapan awal bagi pemula antara lain:
  1. Kitabus-Sholah, memuat dasar sholat, mulai dari dasar perintah sholat, tentang asal-usul adzan, cara berwudhlu, cara bacaan dan gerakan solat, etika berdo’a dll.
  2. Kitab Janati wan Nar, berisi tentang keadaan surga, pohon di surga, jumlah berapa drajat/kelas tempat tinggal di surga, keadaan wanita, keadaan/kekuatan hubungan suami-istri orang di surga, keadaan pria di surga. Juga keadaan neraka, keadaan api neraka yang 70 kali lipat api dunia, bermacam-macam jenis siksaan, amalan orang yang menyebabkan masuk neraka, kekalnya ahli surga dan ahli neraka, para pembesar / pimpinan yang masuk neraka itu waktu di dunia seperti apa?
  3. Kitab Ahkam, memuat antara lain hukum orang yang membantah al-Qur’an, Sabda Nabi tentang perpecahan umat Islam, apa hukumnya orang menambah-nambah dalam amalan ibadah (bid’ah), dll.
  4. Kitab Adilah: memuat kewajiban menuntut ilmu agama(mengaji), menurut ayat Al-Quran maupun al-Hadis, apa saja ilmu yang wajib dicari, kefadholan orang yang mau mengaji, apa hukumnya orang yang mengatakan tentang ilmu agama dengan merekayasa menggunakan logika sendiri, bagaimana lipatan pahala orang yang sudah meningkat kwalitas Islamnya, bagaimana bunyi hadits bahwa Alloh tidak menilai/memandang wajah/muka dan harta seseorang tetapi menilai hati dan amalan/perbuatannya, apa dan bagaimana konsep jihad menurut substansi (inti/hakikat) Al-Qur’an dan Al-Hadis.
  5. Kitab Janaiz: membahas masalah kubur, apa saja masalah/kejadian yang bakal dihadapi tiap manusia manakala sudah ditinggalkan oleh para takziah/yang mengantar jenazah?, bagaimana hukum dasar pakaian laki-laki muslim menurut Nabi Muhammad SAW dll.
  6. Dan beberapa kitab yang lain, InsyaAlloh kita berusaha, semoga suatu saat kelak kami dan semua Saudara-saudara pembaca yang budiman bisa membahas satu per satu, semoga Alloh memberi idzin dan barokah. Amin
Ok, bagaimana cara memesan dan berapa harganya?
Miliki segera untuk melengkapi literature Islam, koleksi kitab Saudara.
Seharga : Rp.235.000,-
(belum termasuk ongkos kirim)
Transfer ke rek.
a/n : Hari Wuryanto
No Rek.:025101017381503
Nama Bank: BRI Cab.Muntilan
Pengiriman paket kami menggunakan jasa pengiriman paket J & T biaya ditanggung pemesan , dibayar di tempat saat terima barang.
 
Sedang untuk Saudara-saudara yang memesan dari luar negeri, biaya pengirimannya bervareasi, sehingga terlebih dahulu kami mohon untuk memberi data alamat lengkap guna penentuan biaya pengirimannya.

Lho, Mas Hari, kenapa mahal !!
 
Ok, mahal atau tidak suatu barang itu tentu tergantung bagaimana kita menilainya. 
Bagi Saudara yang belajar kursus elektronik atau computer atau entah apalagi , berapa biaya yang harus dikeluarkan? Tiga ratus ribu, empat ratus ribu atau berapa, toh karena kita menganggap itu penting toh tetap saja mau membayar, karena apa, ya karena merasa penting. Apalagi pendidikian formal, sekolah dari SD hingga pendidikan tinggi, berapa biaya yang harus dikeluarkan. Tentu saja disamping membayar untuk membeli buku paket juga sebagai iuran pendidikan yang sifatnya rutin.
Pernahkah di antara Saudara menghitung??. Pasti banyak, tapi toh kita gak sempat menghitungnya, itu ilmu dunia yang hasilnya juga dirasakan selama di dunia.

Sedangkan Kitab Muchtarul Adilah bukannya memuat ilmu keduniaan, namun membahas ilmu akhirat , membahas jalan yang mana yang akan kita lalui supaya kita selamat tidak hanya dirasakan di dunia, namun hingga selamat sampai tujuan akhir kita nanti kembali ke Rahmatulloh/alam akhirat.
Apa ini tidak termasuk menjual ayat?lha katanya gratiss


Pada kursus gratis Majlis ta’lim online ini ada dua aspek/sudut pandang,
Kalau kami bicara harga kitab, ya memang untuk pengadaan kitab bagi peserta kursus gratis, tetap dengan mengeluarkan sejumlah dana. Kami berfunsi sebagaiman layaknya orang jual beli, reseller. Membeli pada suatu saat dan menjual kembali pada waktu yang lain. Jadi ini buykan menjual ayat, namun menjual buku sebagimana umumnya orang mempunyai took yang menjual peralatan ibadah, sajadah, mukena, kitab-kitab dll.

Ini aspek bisnisnya.
Sedangkan kalau kita bicara tentang ilmunya, pembahasan mulai dari penjelasan, tanya jawab sepuasnya, insyaAlloh sampai prakteknya (kalau diperlukan) semua betul-betul gratis. Karena ilmu agama memang tidak boleh diperjual-belikan. Inilah aspek pengkajian ilmu, penyebaran ilmu agama yang berdasar al-Qur’an dan al-Hadits.

Jadi yang gratis adalah pendampingan, konsultasi/bimbingannya, sedangkan kitabnya tetap dijual dengan sejumlah harga tertentu, karena kami juga membeli dari agen /distributor.
Kalau Saudara ingin betul-betul gratis ya tidak perlu membeli kitab, semua terpulang kepada para peserta kursus. 
Namun bagi yang tidak membeli kita tetap disarankan agar mencatat di buku pribadinya atau print out setiap tayangan kemudian disimpan yang rapih, guna sewaktu-waktu kita bisa mengulang kaji kembali. Sehingga kita betul-betul mendapat kesan yang baik di dalam memori pikiran kita dan sebanyak mungkin memperoleh manfaat dari program ini.

Dengan mencatat dan mengingat di dalam hati ,maka nati akan betul-betul terasa bahwa tidak terasa makin lama makin banyak juga ilmu agama kita, dengan meperbanyak kepahaman dari ilmu agama maka kita makin percaya diri, merasa punya sesuatu yang berharga mahal, dan ternyata tidak setiap orang bisa merasakan, kecuali orang yang sudah memiliki banyak ilmu agama.
Karena yang kita kaji adalah ilmu dari Alloh SWT, Tuhan yang menghendaki dan merencanakan jalannya kehidupan di dunia, akhirnya suatu saat kelak insyaAlloh kita akan melihat rahasia di balik kehidupan ini, kita akan mempunyai prinsip hidup dan keyakinan sebagai modal menghadapi dan mensikapi segala bolak-balik peribahan zaman.
InsyaAlloh kami menjamin kepuasan pemesanan kitab kepada kami.
“Tidak puas , kembali kitab, kembali uang”
Ya, kami tidak ingin mebuat Saudara , Bapak, Ibu kecewa dala pemesanan “Kitab Muchtarul Adilah”.
Idelanya orang kual beli itu ya sifatnya adil bagi kedua belah pihak, penjual dan pembeli.
Contoh riel yang ideal ya seperti orang belanja di supermarket/swa layan.
Calon pembeli sebelum memutuskan membeli, maka terlebih dahulu bisa melihat, memegang, mengamati sepuasnya, membandingkan dengan dengan jenis yang sama dari produsen yang berbeda, memprioritaskan kwalitas atau pertmbangan keadaan finansialnya dll. Ya intinya sang pembeli benar–benar sudah puas menurut cara seleksinya, baru memutuskan untuk membeli dan mengadakan transaksi.
Sedikit bahkan banyak berbeda dengan sytem marketing di internet pada umumnya, calon pembeli suatu program, e-book, produk barang atau jasa, tidak bisa melihat , memegang , mencoba dsb, hal ini yang memungkinkan terjadinya kesenjangan antar promosi online yang berpeluang “berlebihan” dengan realitas baarang/program yang sebenarnya. Setelah calon pembeli deal untuk membeli dan barangnya datang, bisa saja akhirnya pembeli kecewa, karena ternyata barangnya tidak seperti yang dibayangkan ketika melihat promosinya.
Nah, pemesanan Kitab Muchtarul Adilah akan kita coba menghindari hal seperti itu, Kami ingin mengusahakan agar peserta betul-betul puas, tidak seperti “membeli kucing dalam karung”.
“Tidak puas , kembali kitab, kembali uang”

Ya, setelah kami menerima transfer uang sebagai pembelian kitab, insyaAlloh segera kami kirimkan kitabnya lewat jasa J&T, sesampai kitab di tangan Bapak, Ibu, Saudara , kami berikan waktu sampai 3 (tiga) hari, kalau tidak puas ,maka kembalikan kitab, kita kembalikan uang.
Tentu dengan syarat kitab tetap dalam kondisi utuh, tudak dikurangi lembarannya, tidak ditulisi, tidak rusak.
Tentu kami minta nomor rek.bank, dan atas nama siapa, guna pengembalian uang Saudara.
Satu syarat lagi, bahwa biaya transfer bank (kalau ada) akan dibebankan kepada Saudara, semoga para peserta kursus ridho dan memaklumi.
Prosedur pemesanan :

#1- Kirimkan data nama &; alamat pengiriman ke e-mail ; febrar20@gmail.com atau sms ke : HP.081393855313. Untuk penentuan biaya ongkir, khusus luar negeri.

#2- Setelah kami kirimkan balasan biaya pemesanan, Saudara dapat transferkan ke rek

A/n. Hari Wuryanto
No Rek.:025101017381503
Nama Bank: BRI Cab.Muntilan

#3- Konfirmasikan melalui email/sms.
#4- Begitu menerima konfirmasi pembayaran, insyaAlloh pesanan kitab secepatnya dikirimkan.